Bagi seorang penulis, khususnya penulis non-fiksi, kutipan atau quote dari artikel lain atau jurnal atau karya ilmiah karangan seorang yang terkenal bisa jadi akan meningkatkan nilai tulisan kita di mata orang lain. Masalahnya adalah, bagaimanakah cara mengutip atau menyisipkan kutipan yang benar? Sementara media tulisan bagi seorang content writer adalah media online yang tentu saja berbeda dengan media tulisan cetak, semacam koran, jurnal, paper, atau tabloid serta majalah. Lalu bagaimana?
Pada dasarnya artikel online atau offline tidak mempunyai banyak perbedaan. Jika ada perbedaan maka itu ada pada medianya saja, yang satu melalui media online dan hanya bisa diakses dengan perangkat pendukung seperti komputer, laptop, atau smartphone yang didukung jaringan internet sementara media offline bisa diakses dalam berbagai jenis media cetak seperti koran, majalah, jurnal, dan lain-lain.

Seperti yang telah disinggung di atas, menyisipkan kutipan atau kuote dalam sebuah artikel bisa memperkaya atau meningkatkan nilai tulisan tersebut di mata pembaca. Terlebih lagi jika kutipan atau quote tersebut berasal dari tokoh terkenal atau ilmuwan atau orang-orang yang berpengaruh dalam bidang tertentu. Nah, maka bagi seorang penulis dan tentu saja content writer, kemampuan menyisipkan kutipan atau quote ini mutlak diperlukan.

Bagaimanakah caranya?

Untuk mengetahui bagaimanakah cara menyisipkan kutipan atau quote, maka terlebih dahulu diketahui bahwa kutipan dalam sebuah karya tulis atau tulisan itu ada dua macam:

(1) Kutipan Langsung. Kutipan Langsung adalah kutipan yang dikutip secara keseluruhan tanpa mengubah atau mengedit kata atau kalimat asli. Syarat bagi penulis yang ingin menyisipkan kutipan langsung dalam tulisannya adalah tulisan yang ingin dikutip harus;
a. Memiliki minimal tiga kalimat.
b. Diawali dan diakhiri dengan tanda petik, serta ditulis dengan font Italic. Spasi dibuat lebih rapat, biasanya menggunakan 1 spasi. Kemudian antara tulisan dan kutipan diberi jarak lebih.
c. Ditulis dengan cara memberikan perbedaan spasi dengan tulisan yang lain. Dibuat menjorok lebih ke dalam baik di sisi kanan ataupun kiri.
d. Mencantumkan sumber tulisan. Untuk sumber tulisan, jika tulisan tersebut berasal dari media offline seperti buku atau jurnal, tuliskan di dalam tanda kurung:
Nama Belakang, diikuti dengan tahun terbit kemudian (:) tanda titik dua, dan diakhiri halaman.         Contoh (Subhan, 1989: 23).
Nama Pengarang, diikuti judul, tahun terbit, dan halaman. Contoh (Linus Suryadi AG, Dari Pujangga ke Penulis Jawa, 1990, Hal. 78).

Lantas seperti apa wujud dari kutipan langsung ini di dalam sebuah artikel?
Perhatikan contoh di bawah ini. (Full artikel lihat; Kompas.com).

============================================================================================================================================================ seperti yang dikatakan Renni, Guru Bahasa Indonesia di SMA Lab School Jakarta:
"Guru Bahasa Indonesia SMA Labschool Jakarta Renni Haerani mengatakan, awalnya siswa "dipaksa" menulis. Salah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI adalah menulis cerpen. Dari karya siswa ini, kami poles untuk jadi kumpulan cerpen. Hal ini mendorong mereka terus terinspirasi untuk menulis. Ada sembilan buku kumpulan cerpen siswa," kata Renni." (Kompas.com)
Contoh di atas adalah contoh kutipan langsung dari contoh artikel yang diambil dari kompas.com yang berjudul Gerakan Literasi Dorong Siswa dan Guru Berkarya. Sebagai tambahan, jika artikel sumber berasal dari media online, maka di akhir artikel bisa dicantumkan link sumber, bisa berupa hyperlink atau kata yang merujuk ke alamat sumber.

(2) Kutipan Tidak Langsung. Kutipan tidak langsung adalah kutipan dengan cara mengedit sumber yang dikutip dan disesuaikan dengan gaya penulisan si pengutip. Untuk menyisipkan kutipan tidak langsung ini tidak diperlukan syarat khusus, namun yang perlu diperhatikan adalah isi atau esensi dari sumber asli tidak hilang, bias, ataupun rancu setelah dikutip. Sumber kutipan tidak langsung bisa berasal dari berbagai media, seperti media cetak atau mungkin wawancara. Contoh:

===============================================================================. Kemampuan menulis, ujar Renni, dibutuhkan siswa untuk memenuhi kewajiban membuat karya ilmiah di kelas akhir. Siswa dari sekolah ini membuat satu karya ilmiah yang dibimbing guru untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah.

======================================================================================================================.

Contoh kutipan tidak langsung di atas masih diambil dari artikel yang sama di kompas. Bisa jadi sumber dari kutipan tidak langsung ini adalah dengan media wawancara yang kemudian diolah dan disesuaikan dengan artikel yang akan dimuat. Untuk menuliskan kutipan tidak langsung, bisa juga ditambahkan sumber, sebagai contoh; Subhan (1987: 56), dalam bukunya mengatakan bahwa, - - - - - - - - - -  - - - -  - - - -  - - .

Yang perlu diingat, untuk menuliskan kutipan tidak langsung tulisan tidak perlu dicetak miring atau ditulis menjorok ke dalam. Kutipan tidak langsung ditulis sesuai dengan artikel dan melanjutkan artikel sesuai dengan pengaturan font, spasi, jarak alinea, dan sebagainya.

Jadi, penulis yang ingin menyisipkan kutipan atau quote dalam tulisannya wajib mengetahui kaidah-kaidah penulisan tentang cara menyisipkan kutipan ini. Dan sebagai informasi tambahan, penulis tidak bisa sembarangan menuliskan kutipan baik langsung atau tidak langsung sebanyak-banyaknya. Jumlah yang diperbolehkan bagi penulis untuk menyisipkan kutipan atau quote dalam artikel perbadingannya sebanyak 70% : 30% sesuai dengan panjang artikel. Maksudnya kutipan tidak langsung harus lebih banyak daripada kutipan langsung. Mengapa? Dari kutipan tidak langsung bisa diketahui pemahaman penulis terhadap suatu masalah, serta kemampuannya dalam menyampaikan kembali masalah tersebut dengan gaya yang lain tanpa mengubah esensi dari sumber asli.

=====
Sumber contoh artikel: Gerakan Literasi Dorong Siswa dan Guru Berkarya - edu.kompas.com.









Meskipun content writer merupakan penulis yang secara sederhana "menuliskan kembali", tetapi bahkan seorang content writer pun perlu untuk sekali-kali menulis karya fiksi. Mengapa? Karya tulis fiksi seperti telah diketahui secara luas merupakan karya tulis yang menampilkan sesuatu yang tidak nyata, fantasi semata. Berbeda dengan karya tulis ilmiah yang merupakan fakta. Seorang content writer perlu untuk menulis fiksi sebagai salah satu cara untuk mengembangkan imajinasi, mengasah ketrampilan membuat kalimat semakin enak dibaca, atau bahkan hanya untuk sekedar memberikan refreshing bagi otak.

Namun meskipun karya fiksi lebih banyak mengandalkan imajinasi semata, ada beberapa hal yang bisa dijadikan patokan atau panduan bagi content writer yang ingin mencoba menuliskan sebuah karya fiksi. Beberapa hal ini perlu untuk diperhatikan bagi seorang penulis, entah itu penulis fiksi ataupun content writer. 

PESAN YANG TERKANDUNG
Sebagian besar karya tulis fiksi entah itu novel atau cerpen selalu mempunyai pesan yang terkandung bagi pembaca. Pesan-pesan ini bisa tersirat ataupun secara jelas tertulis di dalam kisah tersebut. Lantas bagaimana cara menuliskan pesan di dalam kisah atau cerita. Penulis yang masih merasa kebingungan terkait dengan pesan-pesan moral bisa memulai dengan pertanyaan, "Apa yang ingin saya sampaikan ke pembaca?" Pertanyaan tersebut akan membimbing penulis untuk berpikir seperti apa jalan ceritanya.

BEBERAPA FIKSI SEPERTI CERPEN SANGAT JUJUR
Beberapa karya fiksi yang hebat merupakan karya-karya jujur dari penulisnya. Karya-karya tersebut mempunyai kalimat-kalimat indah nan sederhana namun sekaligus mudah dimengerti. Maka, hal ini pun sebenarnya juga bisa diterapkan bagi para penulis konten. Dengan menulis secara jujur, maka akan menghasilkan tulisan baru yang benar-benar berbeda, meskipun secara garis besar sama namun jauh dari kesan plagiat.

DIALOG
Karya fiksi mempunyai dialog yang bertaburan. Dialog merupakan kalimat langsung, sehingga secara teori seorang penulis konten atau content writer akan belajar bagaimana cara menuliskan kalimat langsung dengan benar. Pada artikel-artikel di bidang keahlian tertentu, kadang-kadang banyak dijumpai artikel yang disertai kalimat langsung hasil dari wawancara, misalnya. Seorang content writer bisa memutuskan apakah akan menyalin secara utuh kalimat langsung tersebut atau menjadikannya sebagai kutipan tidak langsung.


Belajar Menulis Efektif ala George Orwell

Karena menulis adalah sebuah ketrampilan, maka mau tidak mau cara yang paling bagus untuk bisa menulis dengan baik adalah dengan selalu menulis. Apapun jenis tulisannya. Disamping dengan membaca dan mempelajari teknik-teknik penulisan dari berbagai penulis kondang. Dari situ, kita bisa mempelajari struktur-struktur atau pemilihan kata-kata, bahkan penggunaan tanda baca. Dan kemudian, kembali mempraktekannya. Setiap penulis memang mempunyai ciri khas, tetapi umumnya para penulis populer juga pernah mempelajari teori-teori menulis secara umum. Seperti halnya George Orwell, penulis novel Animal Farm dan 1984. Ia berbagi tips tentang bagaimana menulis efektif. Bagi seorang content writer, menulis efektif merupakan sebuah poin yang harus bisa dipenuhi, dan ada beberapa cara menurut George Orwell bagi seorang penulis atau content writer bisa dipelajari agar bisa menulis efektif.

HINDARI PENGGUNAAN BAHASA KIASAN, METAFORA BERLEBIHAN, ATAU BAHASA PIDATO
Dalam penulisan, biasanya bahasa kiasan atau metafora-metafora sering digunakan untuk memperindah atau membuat tulisan menjadi semakin menarik. Untuk tulisan fiksi mungkin tidak masalah, tetapi bagi sebuah artikel atau bahkan mungkin karya ilmiah, terlalu banyak menggunakan bahasa kiasan dan metafora malah akan membuat tulisan tersebut kurang enak dibaca. Lantas bagaimana caranya agar tidak menggunakan bahasa kiasan atau metafora atau bahasa pidato lain yang terlalu banyak? Berilah emosi pada setiap artikel yang akan ditulis. Mungkin akan lebih mudah memberikan emosi pada karya fiksi, tetapi artikel pun bisa menjadi penuh emosi - emosi dalam arti luas, bukan emosi sebatas amarah saja.

PILIH KATA YANG AKAN DIGUNAKAN DENGAN BAIK.
JIKA BISA MENGGUNAKAN KATA YANG PENDEK, JANGAN GUNAKAN KATA YANG LEBIH PANJANG. BEGITU JUGA DENGAN KALIMAT.
Kadang-kadang penulis atau content writer ingin dianggap sebagai orang yang berpengetahuan luas dengan menuliskan kalimat panjang. Okelah kalimat panjang, selama itu bisa memberikan tambahan kejelasan informasi bagi pembaca. Namun jika kalimat panjang malah membuat pembaca bingung, lebih baik hindari. Begitu juga dengan pilihan kata, atau diksi. Ketika bisa memakai kata yang lebih pendek, pakailah. Jangan gunakan kata yang panjang ketika ada kata yang lebih pendek dan efektif.

BAHKAN JIKA MEMUNGKINKAN GUNAKAN KATA YANG LEBIH SEDIKIT
George Orwell sangat menekankan pilihan kata. Kata-kata yang pendek bukan berarti kurang jelas. Disinilah para penulis atau para content writer harus belajar tentang diksi. Ketika sedikit kata-kata bisa menggambarkan banyak hal, maka itu sudah lebih dari cukup. Sulit memang, tetapi tentu saja itu mungkin.

KALIMAT AKTIF LEBIH BAIK DARIPADA KALIMAT PASIF
Mungkin yang sebenarnya seperti ini "hindari kalimat pasif ketika bisa memakai kalimat aktif." Mengapa? Sederhana. Susunan kata-kata yang membentuk kalimat aktif akan memberikan kesan langsung, pasti, dan jelas. Kalimat aktif adalah kalimat seubjeknya sedang melakukan suatu kegiatan. Tak perlu dijelaskan panjang lebar, setiap penulis seharusnya sudah paham.

HINDARI KATA ASING, ILMIAH, ATAU JARGON
Hal ini sulit ketika menulis artikel terkait dengan teknologi. Bagi seorang content writer yang menggunakan Bahasa Indonesia, hal ini terasa lebih sulit karena banyak kata-kata terutama terkait dengan teknologi yang belum mempunyai padanan kata dalam Bahasa Indonesia. Jika itu terjadi, tunjukanlah kata atau frasa tersebut dengan memiringkan kata tersebut sehingga pembaca bisa mengetahui bahwa frasa tersebut adalah frasa asing, atau ilmiah.


Cara Menghindari Plagiarisme

Dalam dunia kreatif termasuk juga tulis menulis, plagiarisme merupakan sebuah tindakan yang harus dihindari bahkan cenderung terlarang. Sudah banyak kasus para cendekiawan yang gelarnya dicabut gara-gara menulis karya yang ternyata hanya menjiplak karya orang lain. Sebagai content writer, hal ini harus dipahami dengan sungguh-sungguh bahwa plagiarisme harus dihindari terutama oleh content writer karena metode - paraphrasing - yang sering digunakan oleh para content writer sangat rawan masuk ke dalam plagiarisme.


Sebenarnya ada beberapa jenis plagiarisme yang diketahui, seperti membeli atau mencuri artikel atau karya tulis lain, atau juga menyewa orang untuk menuliskan sebuah karya tulis (ilmiah), dan menuliskan kutipan panjang tanpa memberikan kredit kepada penulis aslinya. Sementara teknik paraphrasing sangat dekat dengan kemungkinan plagiarisme. Oleh karena itu, seorang content writer harus tahu bagaimana cara menghindari plagiarisme dalam artikel-artikelnya.

Cara yang paling mudah untuk menghindari plagiarisme dalam karya tulis adalah memberikan kredit kepada penulis aslinya. Tidak hanya kalimat-kalimat tertentu, beberapa hal lain juga perlu diberikan kredit pada upaya untuk menghindari plagiarisme.

  • Kata-kata atau kalimat atau ide-ide yang tercantum di majalah, buku, surat kabar, lagu, TV, film, halaman web, atau iklan.
  • Informasi yang didapat melalui wawancara, baik itu secara langsung, melalui surat-menyurat - tradisional atau email, atau melalui sambungan telepon.
  • Frase-frase unik
  • Gambar, diagram, ilustrasi, bagan, atau video dan materi visual lain.
Akan tetapi ada juga beberapa hal yang boleh tidak dicantumkan kredit, seperti:
  • Pengalaman pribadi, observasi, atau tanggapan pribadi atas suatu permasalahan.
  • Karya tulis berdasarkan penelitian sendiri.
  • Pengetahuan umum yang tidak diketahui asal-usulnya, seperti kisah-kisah mitos, cerita rakyat - kecuali peristiwa sejarah tertentu, misalnya dokumen sejarah.
  • Fakta-fakta umum yang telah disepakati oleh publik.
================================
Sumber:
Bagi content writer, ketrampilan menulis saja belumlah cukup karena tugas content writer adalah tidak hanya menyampaikan sesuatu melalui tulisan tetapi juga mencari calon-calon pengunjung web yang akan membaca artikel atau tulisan-tulisan itu. Ketika ketrampilan menulis seorang content writer sudah bisa dikatakan cukup, tugas selanjutnya bagi seorang content writer adalah memahami strategi untuk mendapatkan visitor dengan pola-pola khusus; strategi ini sering disebut dengan SEO (Search Engine Optimisation) atau optimalisasi mesin pencari. Lantas, sebenarnya apa sih SEO ini?
Apa sih SEO itu?
Seperti yang dituliskan di atas, SEO merupakan singkatan dari Search Engine Optimisation atau jika diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia berarti Optimalisasi Mesin Pencari. Mesin pencari yang mana? Tentu saja Google. Secara sederhana, SEO merupakan sebuah cara untuk membuat sebuah web tertentu mempunyai banyak pengunjung, terutama yang mencari melalui mesin pencari. Bagaimana sebuah artikel bisa muncul di dalam mesin pencari?
Keywords yang Relevan
Hampir setiap orang yang pernah menggunakan mesin pencari pasti mengetikkan sebuah kata atau sebuah frase di dalam kotak dialog untuk menemukan apa yang dicarinya. Kata yang diketikkan dalam kotak dialog itulah yang disebut keywords atau kata kunci. Dalam pembuatan sebuah artikel, salah satu tugas seorang content writer adalah meletakkan kata kunci tersebut ke dalam artikel itu. Tentu saja keywords-nya harus relevan dengan isi dari artikel.
Lalu?
Dalam sebuah artikel bertemakan sesuatu semisal otomotif, seorang content writer harus mampu mencari dan menemukan keywords yang mempunyai jumlah pencarian paling banyak. Pencarian kata kunci ini bisa dilakukan melalui Google Trends. Dengan mengetahui keywords yang banyak dicari oleh pengunjung, seorang content writer akan bisa lebih mudah untuk menempatkan keywords-keywords di dalam artikelnya.
Di dalam dunia SEO, dikenal istilah SEO on page dan SEO off page. SEO on page adalah sebuah teknik SEO yang menggunakan kualitas konten atau artikel yang berisikan keywords yang sudah ditanam di dalam artikel. SEO on page inilah yang harus dipahami oleh seorang content writer. Seperti yang sudah sering dikatakan bahwa content is king, kualitas artikel adalah yang paling penting, seorang content writer harus mampu mengolah dan mengutak-atik keywords yang serupa tetapi berbeda.


6 Langkah Teknik Paraphrasing Efektif

Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan beberapa hal terkait dengan teknik paraphrasing dimana teknik ini sangat bermanfaat bagi penulis secara umum tidak hanya content writer. Beberapa kelebihan teknik paraphrasing ini diantaranya bisa mengasah kemampuan interpretasi seorang penulis dalam mengamati suatu permasalahan dan mengungkapkannya kembali menggunakan kalimat sendiri (baca: Mengenal Teknik Paraphrasing).

Untuk melakukan teknik paraphrasing yang efektif, seorang penulis atau seorang content writer bisa mengikuti enam langkah efektif teknik paraphrasing ini:

Baca Sumber Artikel Sampai Benar-benar Paham Secara Keseluruhan, Ulangi Bagian yang Dianggap Sulit Dipahami.
Sumber artikel yang diambil dari website populer, terutama website berita biasanya mempunyai gaya bahasa formal yang sedikit lebih sulit dipahami daripada website-website berisi hiburan. Jika seorang content writer pada suatu ketika harus mencari sumber-sumber artikel dari website berita, sumber tersebut harus benar-benar dipahami secara utuh, bahkan jika ada bagian yang sulit dipahami bagian itu harus diulang-ulang sampai benar-benar paham. Di sinilah kemampuan interpretasi seorang penulis benar-benar diuji sampai sejauh mana.

Tempatkan Artikel Asli di Samping Tulisan Paraphrasing Sebagai Perbandingan.
Salah satu cara yang cukup sederhana tapi sangat membantu ketika sedang melakukan teknik paraphrasing adalah dengan menyanding artikel asli dan membuat catatan baru atau artikel baru berdasarkan sumber tersebut di sampingnya. Meskipun terlihat sepele, tetapi cara ini bisa sangat efektif apalagi jika seorang penulis langsung membuat catatan di komputer menggunakan aplikasi. Dengan menempatkan artikel asli di samping artikel baru, seorang penulis tidak perlu membolak-balik halaman web yang seringkali membuyarkan konsentrasi.

Tuliskan Beberapa Kata Terkait Tema di Bawah Hasil Paraphrasing Dengan Pertimbangan Kata-kata Tersebut Berguna Sebagai Kata Alternatif.
Langkah ini mungkin jarang digunakan terutama bagi para penulis yang langsung menuliskan artikelnya di komputer. Tetapi jika para penulis atau content writer ingin merasakan pengalaman menulis paraphrasing yang berbeda bisa menggunakan langkah ini. Cukup tuliskan beberapa kata di bawah kata-kata tertentu yang kemungkinan besar bisa memakai kata-kata tersebut sebagai alternatif. Gunakan kertas yang cukup karena bisa dipastikan akan banyak coretan di sana-sini. 

Periksa Artikel Baru dan Bandingkan Dengan Artikel Asli Untuk Memastikan Tidak Ada Informasi yang Terlewatkan.
Ini juga salah satu fungsi menyandingkan artikel asli karena akan memudahkan para penulis untuk memeriksa artikel baru apakah masih ada informasi yang terlewatkan. Jika masih, tinggal menambahkannya, begitu juga jika dianggap terlalu berlebihan.

Gunakan Tanda Kutip Untuk Istilah-istilah Tertentu Dari Sumber Artikel.
Kadang-kadang pada artikel tertentu, terutama artikel berita dan artikel tentang sains, biasanya sering terdapat istilah-istilah tertentu yang sulit dicari padanannya. Jika menemukan istilah seperti itu, langkah terbaik adalah tetap menggunakan istilah itu dan menambahkan tanda kutip pada istilah tersebut di artikel yang baru.

Cantumkan Sumber Tulisan jika Memang Diperlukan.
Sumber tulisan kadang juga perlu dicantumkan, terutama ketika seorang penulis menuliskan kutipan langsung. Kutipan langsung ini sebenarnya sama dengan copy paste, hanya bedanya mempunyai tanda kutip sebagai tanda bahwa kalimat tersebut adalah kutipan, dan di akhir kalimat tercantum sumber artikel. Tapi yang perlu diingat oleh para penulis terutama content writer, sebaiknya dihindari untuk menggunakan kutipan langsung terlalu banyak dalam satu artikel. Gunakan kutipan langsung untuk mendukung suatu pernyataan atau teori, sehingga kutipan langsung berposisi sebagai unsur penguat artikel bukan sebagai fokus utama.

Itulah enam langkah teknik paraphrasing efektif yang akan membantu para penulis dalam melakukan teknik penulisan terutama para content writer karena content writer adalah penulis yang menulis dari sumber lain (baca: Apa Sih Content Writer?). Sampai jumpa di tips content writer selanjutnya.

Mengenal Teknik Paraphrasing

Dalam dunia tulis menulis online, khususnya bagi para content writer, artikel-artikel yang ada di dalam website atau blog-blog populer merupakan sumber tulisan, hanya saja selalu menuliskan konten original dan bukan plagiat adalah salah satu syarat yang tidak boleh dilanggar. Lantas bagaimana agar seorang content writer selalu menghasilkan konten yang original meskipun mengambil sumber dari artikel lain?
Untuk mengakali atau menghindari plagiasi, para content writer bisa menggunakan teknik yang disebut "Paraphrasing." Secara sederhana, teknik ini bisa diartikan sebagai teknik menulis kembali. Teknik paraphrasing ini juga merupakan salah satu teknik menulis (baca: Mengembangkan Tema dengan Teknik Braistorming) yang sangat berguna.

Apa yang ditulis kembali?

Sumber artikel. Seorang content writer harus mempunyai satu website atau blog yang kredibel sebagai sumber artikelnya. Dari sumber itulah kemudian seorang content writer menulis sebuah artikel baru dengan tema atau topik yang sama tetapi dengan bahasa dan kata-kata yang berbeda

Intinya, mengenai teknik paraphrasing ini adalah penulis membuat sebuah artikel berdasarkan artikel lain dengan topik yang sama dengan menggunakan kata dan kalimat sendiri. Teknik ini sangat efektif digunakan untuk menghindari plagiasi yang sangat terlarang di dunia tulis menulis. Teknik paraphrasing juga berguna untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan penulis dalam memahami kalimat dan menuliskannya kembali dengan kalimat berbeda namun tanpa mengubah makna.

Paraphrasing adalah:
  • Teknik seorang penulis dalam memahami infomarsi atau ide-ide dari orang lain, dan diberikan dalam bentuk (kalimat) yang baru.
  • Sebuah cara untuk memahami sesuatu dari sumber-sumber tertentu.
  • Sebuah pernyataan yang lebih mendetail daripada ringkasan yang fokus pada satu ide utama.

Teknik paraphrasing sangat berguna bagi para penulis, terutama para penulis content writer karena teknik paraphrasing ini lebih baik daripada hanya melakukan teknik kutipan. Teknik paraphrasing juga sangat berguna untuk mengasah ketajaman dan kreatifitas penulis dalam menangkap sebuah informasi dan mengungkapkannya kembali dalam kalimat yang baru.

Tetapi yang perlu diingat ketika menggunakan teknik paraphrasing ini adalah, hindari penggunaan thesaurus semata. Jika menuliskan artikel hanya mengubah kata dengan kata padanannya, hal itu sama saja karena tidak akan mengasah kemampuan interpretasi seorang penulis. Jika belum memahami apa yang dimaksud dalam sebuah kalimat, baca berulang-ulang kalimat itu sampai paham apa yang dimaksud dalam kalimat tersebut.

Mengenai langkah-langkah menggunakan teknik paraphrasing yang efektif akan diulas pada artikel selanjutnya. Sampai jumpa lagi dalam content writer tips selanjutnya.


top