Mengembangkan Tema Dengan Brainstorming

Mengembangkan sebuah tema menjadi artikel utuh yang menarik adalah tugas seorang content writer. Seorang content writer harus mampu menulis berbagai hal atau tema/topik tergantung dari permintaan klien. Maka, sebagai seorang content writer, teknik atau cara mengembangkan tema harus dikuasai dengan baik (baca: Cara Mengembangkan Tema Artikel).
Ada beberapa teknik yang bisa dipakai dalam mengembangkan tema menjadi sebuah artikel, salah satunya adalah menggunakan teknik brainstorming. Teknik ini sudah sangat dikenal dan digunakan secara luas sebagai cara yang cukup efektif dalam menemukan inti-inti permasalahan sebuah tema sehingga penulis bisa mencari keterkaitan antara permasalahan tersebut dan merangkainya menjadi satu artikel yang utuh.
Brainstorming merupakan sebuah pemikiran kreatif seseorang untuk menemukan kesimpulan atau permasalahan yang spesifik dengan mengumpulkan berbagai ide-ide yang terkait dengan topik utama. Sebagai informasi, teknik Brainstorming ini pertama kali dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn di dalam sebuah buku terbitan tahun 1963 yang berjudul Applied Imagination.

Seperti yang tertulis di atas, bahwa brainstorming terkait erat dengan proses kreatif seseorang, dalam hal ini penulis, maka seorang content writer harus mampu berpikir kreatif dalam mengembangkan tema. Proses berpikir kreatif ini bisa beragam; karena proses berpikir kreatif merupakan pemikiran asli seseorang terkait dengan hal-hal tertentu. Selanjutnya, proses berpikir kreatif ini biasanya akan diteruskan dengan solusi.

Sebagai langkah pertama melakukan teknik brainstorming sebagai cara untuk mengembangkan tema, seorang penulis atau seorang content writer bisa melakukan beberapa pendekatan atau cara, salah satunya adalah sebuah cara tradisional yang sudah dilakukan di berbagai tempat, terutama sekolah-sekolah; siswa (dalam hal ini seorang penulis) dibawa ke suatu tempat dan kemudian diberikan sebuah permasalahan, kemudian siswa diminta untuk memikirkan apapun yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

Akan tetapi metode atau pendekatan tersebut bukanlah cara terbaik untuk melakukan brainstorming, meskipun cara di atas dikenal sebagai 'traditional brainstorming' atau brainstorming tradisional. Karena kebanyakan orang membutuhkan waktu untuk berpikir daripada menjadi kreatif, maka yang perlu dilakukan untuk berlatih menggunakan cara brainstorming adalah menggunakannya untuk diri sendiri. Sebagai contoh: 


  • "Ketika kita ingin berlibur ke suatu tempat yang sangat indah, apa yang harus kita lakukan agar bisa sampai ke sana?"
  • "Apa sih yang sebenarnya menjadi harapan kita, impian, atau pencapaian yang sangat kita inginkan?"


Beberapa penulis, terutama penulis kisah-kisah fiksi kadang mempunyai cara yang tidak lazim dalam menemukan ide untuk kisahnya. Bahkan seringkali, ide-ide luar biasa datang dari mimpi, atau bahkan bisikan-bisikan yang entah dari mana datangnya. Akan tetapi seorang content writer tidak membutuhkan mimpi untuk mendapatkan inspirasi (mimpi seorang content writer mungkin adalah bisa menjadi content writer sukses), karena tema-tema atau topik-topik beserta keywords-nya sudah disediakan.

Seorang penulis atau content writer harus mampu berpikir kreatif, karena dengan berpikir kreatif seorang content writer akan lebih mudah dalam mengembangkan tema menggunakan berbagai teknik terutama teknik brainstorming. Teknik brainstorming merupakan salah satu metode yang efektif, yang bisa digunakan dalam berbagai hal termasuk dunia tulis menulis. Brainstorming juga bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. 

Dengan menguasai teknik brainstorming, peluang untuk bisa menjadi penulis konsisten dan produktif akan terasa lebih mudah (baca: Cara Menjadi Penulis Konsisten). Yang harus dilakukan adalah selalu latihan dan latihan, karena latihan sangat penting untuk mengasah ketrampilan menulis. Sekian tips content writer untuk edisi kali ini, sampai jumpa lagi pada artikel selanjutnya.



0 comments:

Post a Comment

top