Ketika seseorang memulai aktifitasnya sebagai seorang content writer, lambat laun pasti akan tiba saat orang tersebut memulai aktifitas 'menulis.' Menulis memang merupakan sebuah ketrampilan, bahkan dalam pelajaran bahasa, menulis termasuk ke dalam skil atau ketrampilan yang harus dikuasai.
Akan tetapi, tidak semua orang dikaruniai ketrampilan menulis dengan baik. Butuh latihan untuk bisa menulis dengan baik dan enak untuk dibaca oleh orang lain. Lantas bagaimanakah caranya untuk memudahkan seseorang untuk menulis? Pada dasarnya semua hal atau semua ilmu mempunyai metode untuk memudahkan, sama seperti menulis. Dan pada menulis, khususnya menulis artikel dan bukan fiksi, metode piramida terbalik bisa menjadi cara yang bagus sebagai metode latihan.
Metode piramida terbalik merupakan sebuah metode yang dikembangkan untuk memudahkan proses menulis artikel atau menuliskan sesuatu yang bukan fiksi. Artikel merupakan tulisan yang berbasis pada kebenaran umum, seperti tulisan deskriptif atau semacamnya sehingga ada pola-pola tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman penulisan.

Akan tetapi, seorang calon penulis terutama content writer harus memahami terlebih dahulu topik atau tema yang akan dituliskan dalam sebuah artikel sehingga penulis tersebut bisa menemukan hal-hal yang berkaitan dengan tema atau topik, bahkan meskipun kaitan tersebut tidak terlalu penting untuk dibahas.

Keterkaitan inilah yang kemudian diurai menjadi kalimat-kalimat yang akan membentuk suatu paragraf yang akhirnya akan menjadi sebuah artikel utuh. Metode piramida terbalik sebagai metode praktis penulisan akan membantu penulis dalam menentukan hal-hal mana saja yang harus diurai terlebih dahulu. Dengan menggunakan urutan semacam itu tulisan akan menjadi rapi dan enak dibaca.

Dengan menggunakan metode piramida terbalik, hal-hal paling umum yang terkait dengan topik atau tema akan disajikan ke dalam paragraf pertama. Begitu seterusnya hingga paragraf terakhir merupakan permasalahan atau solusi yang bisa ditawarkan oleh penulis mengenai permasalahan tersebut, karena pada dasarnya sebuah tulisan non-fiksi atau artikel selalu terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup.

Jika seorang penulis telah menguasai metode piramida terbalik ini sebagai metode penulisan artikel, maka dengan sendirinya penulis tersebut akan dengan mudah mencari keterkaitan suatu topik, dari yang paling umum hingga paling khusus. 

0 comments:

Post a Comment

top